Persib Bandung terancam mendapat sanksi menggelar laga tanpa penonton saat menjamu Mitra Kukar, Minggu (26/10/2014) di Stadion Si Jalak Harupat, Soreang, Bandung.
Hal ini dikeluarkan Komdis PSSI setelah ada suporter Persib yang menyalakan flare, serta nyanyian bernada rasis saat laga Persib vs Persebaya Surabaya, Rabu (22/10/2014) sore.
Ketua Panpel Persib, Budhi Bram Rahman, mengatakan usai laga Persib vs Persebaya, Panpel Persib dipanggil untuk menemui Ketua Komdis Hinca Panjaitan yang juga menonton laga ini.
“Kebetulan di sana juga ada PP (pengawas pertandingan) dari PT Liga dan kami langsung diberitahu mengenai kejadian yang sering berulang,” kata Bram usai pertandingan, sebagaimana dilansir dari laman resmi Ligaindonesia.co.id, Kamis (23/10/2014).
Ancaman itu pun membuat pihaknya mencari pelaku pelanggaran tersebut. Sebab jika tertangkap pelakunya dalam dua hari ke depan, pihak Komdis bisa memberikan keringanan kepada Panpel Maung Bandung.
“Pelakunya disinyalir berbaju hitam, ada alat buktinya juga. Ya mereka yang berbaju hitam ini selalu menyalakan flare. Kita akan coba melakukan investigasi siapa pelaku di balik ini,”jelasnya.
Sedangkan Ketua Komdis Hinca Panjaitan mengatakan Panpel Persib harus menemukan orang yang menyalakan Flare dan diberi tenggat waktu hingga hari Jumat mendatang.
“Selain itu juga masih adanya nyanyian rasis dan menghina aparatur negara (polisi). Yang menyalakan flare kelompok yang memakai baju hitam dan kasus ini hampir sama dengan kejadian di Malang (Arema vs Semen Padang). Saya perintahkan segera Panpel Persib untuk mencari bukti dari kamera televisi dan foto. Karena ada yang memotretnya,” kata Hinca.
Persis vs Martapura
SOLO— Seorang suporter tewas saat kerusuhan terjadi usai laga Persis Solo kontra Martapura FC di Stadion Manahan, Solo, Jawa Tengah, Rabu (22/10/2014).
Korban tewas tersebut belakangan diidentifikasi sebagai Joko Riyanto alias Precil, warga Ngaliyan RT 007/RW 002, Desa Pelem, Kecamatan Simo, Boyolali.
Informasi yang dihimpun Solopos.com, korban ditemukan tergelak di depan pintu VVIP Stadion Manahan. Polisi langsung melarikan korban ke RS Panti Waluyo, Solo.
Petugas Satuan Pengamanan (Satpam) IGD RS Panti Waluyo, Tri Widodo, saat ditemui mengonfirmasi ada seorang lelaki yang dibawa ke IGD. Saat tiba di RS, lelaki tersebut sudah tidak sadarkan diri. Tak berselang lama setelah diperiksa, tubuh lelaki itu ditutupi kain. Diduga korban saat itu sudah tewas.
Korban mengenakan kaus merah bertuliskan Persis. Korban dibawa polisi lalu lintas menggunakan mobil sedan tiba di IGD pukul 17.15 WIB.
“Korban tidak ada identitasnya. Di kantong celananya enggakada dompet,” ulas Tri.
Identitas korban diketahui dari saudaranya, Kiswanto, 32, saat dijumpai di RS Panti Waluyo. Kiswanto memastikan korban adalah saudaranya saat ditunjukkan fotonya. Keluarga korban datang setelah mayat dibawa ke Labolatorium Forensik RSUD dr. Moewardi.
Berdasarkan pengamatan, pada mayat korban terlihat ada lubang cukup dalam di dada kanan sisi atas. Kaus di bagian luka tersebut berlubang.Petugas yang sempat memeriksa mayat tersebut menginformasikan lubang itu tidak tembus ke punggung.
Pada jari-jari Percil juga terdapat luka lecet. Tidak ada luka lain yang terlihat di muka atau bagian tubuh lainnya. Diperkirakan lelaki itu berusia 30-an tahun. Setelah diperiksa, mayat Percil dibawa ke kamar jenazah.
Dokter jaga IGD RS Panti Waluyo, dr. Sapto W., kepada wartawan mengatakan korban sudah meninggal dunia. Namun, dia tidak memberi penjelasan lebih terperinci, karena merasa tidak berwenang memberi keterangan.
Dipukul Mundur
Seorang petugas TNI yang turut mengamankan pertandingan Persis Solo saat ditemui menceritakan korban ditemukan tergeletak di depan pintu VVIP Stadion Manahan.
Kala itu, kata aparat berpangkat kopral dua itu, dia bersama petugas lain berusaha memukul mundur para suporter yang sudah anarkis dari dalam stadion melalui pintu VVIP.
Petugas mendapat perlawanan dari ratusan suporter itu. Mereka melempari petugas dengan berbagai benda, seperti batu, kayu, dan lain sebagainya. Hingga akhirnya para suporter mundur tetapi tetap anarkis.
“Setelah mereka mundur tiba-tiba ada satu orang dari mereka tergeletak di depan pintu VVIP. Dia langsung dibawa polisi ke rumah sakit,” ujar aparat itu.
Tindakan anarkistis berlanjut. Massa yang beringas membakar sepeda motor petugas dan merusak kendaraan lainnya. Informasi yang dihimpun, ada enam suporter lain yang mengalami luka. Mereka sempat dirawat di RS Brayat Minulya.
Kapolresta Solo, Kombes Pol. Iriansyah, kepada wartawan menyampaikan kerusuhan diduga dipicu oleh ketidakpuasan suporter atas hasil pertandingan.
Pihaknya masih menindaklanjuti lebih lanjut untuk menelusuri ada tidaknya korban meninggal dunia. Namun, dia mendapat informasi ada lelaki yang dikeroyok. Dia menduga massa menghajarnya karena mengira orang itu petugas intel, karena mengenakan pakaian sipil.
“Petugas juga ada yang luka. Bahkan ada kendaraan kami yang dibakar,” terang Iriansyah. Selain tiga unit sepeda motor trail polisi itu, massa brutal itu juga merusak satu unit bus, dua unit truk operasional polisi, dan satu unit Toyota Avanza berpelat nomor AD 8925 TB.
Suporter PSCS Cilacap
Nasib nahas menimpa Muhammad Ikhwanudin, seorang suporter PSCS Cilacap atau yang dikenal dengan Lanus Mania. Nyawanya tak tertolong saat dikeroyok, saat terjadi penyerangan di kawasan Bandara Adi Sucipto Yogyakarta, Minggu (12/10) malam.
Adalah saat kepulangan rombongan Lanus Mania dari mendukung tim kesayangannya berlaga di Stadion Manahan Solo, Minggu sore. Sama sekali tak ada gesekan antara Lanus Mania dengan suporter Persis Solo (Pasoepati –Red), baik saat di dalam stadion maupun di luar stadion.
0 komentar:
Posting Komentar