MADUKARA-Globaltime
Pelaku
kejahatan seksual tak hanya dilakukan orang dewasa. Teman teman sepermainan juga ternyata
menghantui anakanak. Seperti yang terjadi di Dusun Kaligrowong Desa Kaliurip, Kecamatan
Madukara Banjarnegara.
Empat bocah, dua laki-laki dan
dua perempuan yang duduk di bangku SD nekat
mencabuli temannya yang masih kelas satu SD.
Empat
bocah itu berfariatif
yang duduk di bangku kelas satu MTS berinisial W (11), F (7) PN (9) PT (10) membuat geger warga Kaligrowong. Empat bocah
tersebut diduga mencabuli bocah lain di
bawah umur, teman mainnya.
Satu
korban di antaranya yakni kakak beradik berinisial BFA (7) bocah kelas I SD dan. Paman BFA
Yuzen (37)
mengatakan, peristiwa tersebut diketahui setelah keponakannya bercerita kepada bibinya apa yang diperbuat F P W dan P karena kemaluannya kesakitan saat buang air.
”Mulai
ketahuannya (Kamis) di bulan
September kemarin. Ceritanya mereka mengaku
digituin. Setelah diusut- usut warga sini, ada b
anak beberpa anak lainnya yang jadi korban. Jadi para
korban itu mayoritas anak-anak dari dusun ini,” kata Yuzen,
kemarin. Ia menjelaskan, para korban pelecehan BFA adalah teman sendiri dan masih keluarga makanya
keluarga enggan melaporkan perbuatan yang sudah kelewatan. Ada kesepakatan yang di lalukan antara Keluarga empat
pelaku dengan keluarga korban yang berakhir dengan uang denda. “Uang
diperuntukan untuk berbungah, apabila korban meminta untuk kesenangan sejumlah
Rp 5 juta,” ujarnya.
BFA ketika ditemui menceritakan kejadian itu berawal main
di kolam dekat rumahnya empat temannya meminta berbain bersama-sama P dan P
memegangi alat vital BFA dan W Cuma melihatkan alat kelaminnya sedangkan F
memasukan kelereng daun albasia bedak. Dilakan bukan ditenmpat itu juga pada
hari yang berbeda dilakukan lagi ditempat Gudang tempat penyimpanan salak
dilakukan tanpa W, Hari yang lain juga tiga temen BFA tanpa W melakukan
pelecehan di rumah lantai tiga di tempat F bermain dokter-dokteran.
Nano Sugi (53) orang tua korban mengaku
terkejut dengan peristiwa tersebut. Sebab warga mengenal F P W dan P yang masih bocah tersebut sebagai sosok yang biasa saja.
”Anaknya biasa aja. Kalau sifat biasa seperti anak normal-lah tidak ada tanda-tanda kelainan
mendasar dan periang. Makanya
saya juga enggak nyangka,” jelas Nano Sugi yang
melaporkan kejadian tersebut ke polisi yang didampingi Kuasa Hukum Pelapor HARMONO, SH. Kuasa hukum meminta agar kasus tersebut menjadi
perhatian pemerintah dan keluarga agar selalu mengawasi anak-anaknya.”karena
pelaku masih dibawah umur semestinya orang tua bertanggungjawab atas perbuatan
anaknya tersbut,” tegas pengaca kece ini.
Kepala
Unit PPA Polres Banjarnegara AKP Devia mengatakan, pihaknya telah menerima laporan
kasus pencabulan yang diduga dilakukan W, P, P dan F.
”Laporan sudah kami terima, saat ini sedang kami buat karena pelakunya anak-anak dalam
peradilan anak dikembalikan kerapa orangtuanya,” kata nya kemarin.
Hasil
pengusutan warga, pelaku yang masih sekolah dasar
tersebut kerap menonton film porno. ”meski ceria Korban
tampak masih syok tidak bisa banyak cerita,
mereka takut digituin lagi sama pelaku,” ujarnya.
Kasus
ini telah menjadi bahan pembicaraan warga di lingkungan tersebut. Warga
mendapat informasi kalau pelaku sering menonton film dewasa. ”Kalau dari info
yang kami dapat, pelaku ini mengaku sering menonton video porno. Katanya juga
dia juga pernah lihat bapak ibunya saat berhubungan badan,” imbuhnya.
Orangtua
korban sempat melakukan pertemuan dengan keluarga pelaku. Hasil pertemuan mengharapkan
pelaku tidak tinggal di lingkungan itu kalau terjadi kedua kalinya. ”Orangtua korban pada nuntut pelaku harus pergi dari sini, karena masih keluarga makanya diminta
untuk orangtua diawasi apabila berbuat lagi akan di usir. Karena korbannya itu kemungkinan adalagi,” imbuhnya.
KEJAHATAN
SEKS MENINGKAT
Sementara
itu, kejahatan seksual terhadap anak di bawah umur terus meningkat di wilayah Banjarnegara. Mamin Ketua Komisi Perlindungan Anak Banjarnegara mengatakan, pelecehan seksual
terhadap anak dapat mengakibatkan dampak negatif jangka pendek dan jangka
panjang, termasuk penyakit psikologis.
Dampak
psikologis, emosional, fisik, dan sosial, bahkan yang lebih mengerikan yaitu
siklus paedofil, abused-abuser cycle yaitu berasal dari korban (abused) pelecehan
seksual pada masa kecil, lalu tumbuh dewasa menjadi orang yang memakan korban
(aboser).
“Karena
itu, pornografi merupakan salah satu sumber yang menjadi pemicu munculnya
paedofil, masalah pornografi atau pornoaksi setua umur manusia. Namun
permasalahan ini semakin akut ketika pornografi dan pornoaksi dianggap biasa
saja bahkan dijadikan sebagai budaya,” katanya.
(Trd-Tim Global)
0 komentar:
Posting Komentar